"Dari meja tulisnya masing-masing, dimana pun mereka berada, mereka cukup melakukan ziarah dengan sekali klik dan tiba di makam saya, yaitu blog ini" – Mula Harahap

Gerhana

Purnama ke sembilan terasa berbeda. Kau hilang, datang memerah marah-marah, hilang, datang putih lupa letih.

Ingatanku nyaris pudar tatkala terakhir kali kita bertemu, ketika kamu datang, memerah dan marah-marah. Astronom sok tahu kabarkan kita jarang berjumpa. Mungkin seratus tahun lalu mereka baru mencatat pertemuan kita. Mereka lupa pada asap knalpot yang melambungkan kita, yang menyelubungi tiap perjumpaan, dan yang mengaburkan kabar kita.

Purnama ke sembilan kamu tak datang. Pun aku tak menghampiri. Revolusi memang selalu begitu, mempertemukan rotasi sekalipun tak dikehendaki. Tapi Tuhan Maha Tahu, sedang butaku yang tuli akan rasa-Nya tak mau berlalu. Mungkin aku akan terus begini, merasa digdaya di tata surya. Sepertinya kau pun tak akan berubah, setia pada bumi meski suatu hari ia berevolusi pada galaksi entah siapa.

Astronom bilang, gerhana akan datang lagi. Dan di hari itu aku akan menemukanmu lagi dalam wajah yang lebih memerah. Namun bila waktuku tak sampai, layangkan saja putihmu pada asap-asap itu.

-Matahari-

Comments are closed.